Karikatur: Sarana Penyampaian Kritik Sosial

>> Selasa, 29 September 2009

Karikatur adalah salah satu wujud hasil kreasi para kartunis yang sangat menarik dan sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tema-tema karikatur yang berkembang umumnya berkaitan dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Karikatur yang ada biasanya merepresantansikan pemikiran dan pendapat sang pengarang terhadap fenomena sosial yang terjadi.

Karikatur sering mempunyai nilai humor sehingga membuat orang yang membaca sekilas menjadi tertarik untuk memperhatikan dengan seksama dan memikirkan pesan yang disampaikan melalui gambar tersebut. Kandungan humor dalam karikatur mempunyai kandungan pesan yang dalam dan serius serta dapat ‘menipu’ pembacanya, karena sering menggunakan distorsi visual dalam penyampaian pesan-pesannya. Gambar karikatur bisa sesuai dengan fenomena atau kejadian yang ditanggapi melalui karikatur tersebut, tetapi juga bisa mempunyai perbedaan antara gambar dan fenomena yang sebenarnya tanpa kehilangan ciri khas fenomena atau kejadian yang sebenarnya terjadi.

Karikatur tidak hanya dapat bersifat mengejek dan mengkritik, tetapi juga menghibur, sehingga mempunyai fungsi ganda. Bahkan kritik dan kartun sepertinya menjadi hal yang sulit untuk dipisahkan. Karikatur sudah mendapat tempat dalam sarana komunikasi visual di Indonesia (Hidayat, 2001: 205). Pengaruh dari keberadaan karikatur tersebut dapat berupa ‘kerinduan’ para pembaca terhadap karikatur, karena karikatur sudah menjadi brandmark bagi beberapa surat kabar tertentu. Sifat beberapa karikatur juga disesuaikan dengan identitas kedaerahan sehingga menggunakan ciri khas atau karakter kedaerahan yang positif seperti logat atau bahasa.

Wujud karikatur sangat bermakna, karena tema yang dipakai selalu menggambarkan fenomena atau permasalahan yang sedang terjadi, terutama menyangkut kebijakan pemerintah atau fenomena yang sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat luas, sehingga karikatur menjadi sarana kritik sosial dari redaksi. Dengan kata lain, arikatur mewakili sikap redaksi yang dituangkan dalam bentuk gambar. Karikatur pada umumnya menggambarkan tokoh dalam bentuk yang disproporsional (Hidayat dalam Husen, 2001: 206). Hal tersebut menyebabkan gambar karikatur terkesan lucu bagi orang yang melihatnya, meskipun sebenarnya mengandung sindiran dan kritikan sosial. Meskipun tidak selalu berisfat humoris, tetapi karikatur selalu merepresantasikan gambaran ketimpangan sosial secara halus.

Menurut Anderson (dalam Sobur, 2004: 133) karikatur merupakan wujud kritik sosial yang paling terbaca. Hal tersebut karena melihat karikatur tidak menyita waktu dan energi yang banyak. Melihat karikatur tidak memerlukan konsentrasi tinggi karena pesan yang disampaikan mudah dipahamai maknanya. Karikatur cenderung lebih mudah dipahami maknanya oleh semua orang; gambar juga dapat “berbicara”, seperti teks.. Para kartunis harus memaksimalkan gambar untuk menyampaikan kritik atau pesan karena karikatur hanya memuat atau bahkan kadang tidak menampilkan teks sama sekali. Minimnya karikatur akan teks menyebabkan nilai tersendiri dalam penyampaian pesan oleh kartunis dan justru menyebabkan karikatur menjadi semakin unik dan menyababkan kerinduan bagi para “penggemarnya”.

Misbakhul Munir S.Pd

Guru SD Al Azhar Syifa Budi Solo



Karikatur adalah salah satu wujud hasil kreasi para kartunis yang sangat menarik dan sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tema-tema karikatur yang berkembang umumnya berkaitan dengan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Karikatur yang ada biasanya merepresantansikan pemikiran dan pendapat sang pengarang terhadap fenomena sosial yang terjadi.

Karikatur sering mempunyai nilai humor sehingga membuat orang yang membaca sekilas menjadi tertarik untuk memperhatikan dengan seksama dan memikirkan pesan yang disampaikan melalui gambar tersebut. Kandungan humor dalam karikatur mempunyai kandungan pesan yang dalam dan serius serta dapat ‘menipu’ pembacanya, karena sering menggunakan distorsi visual dalam penyampaian pesan-pesannya. Gambar karikatur bisa sesuai dengan fenomena atau kejadian yang ditanggapi melalui karikatur tersebut, tetapi juga bisa mempunyai perbedaan antara gambar dan fenomena yang sebenarnya tanpa kehilangan ciri khas fenomena atau kejadian yang sebenarnya terjadi.

Karikatur tidak hanya dapat bersifat mengejek dan mengkritik, tetapi juga menghibur, sehingga mempunyai fungsi ganda. Bahkan kritik dan kartun sepertinya menjadi hal yang sulit untuk dipisahkan. Karikatur sudah mendapat tempat dalam sarana komunikasi visual di Indonesia (Hidayat, 2001: 205). Pengaruh dari keberadaan karikatur tersebut dapat berupa ‘kerinduan’ para pembaca terhadap karikatur, karena karikatur sudah menjadi brandmark bagi beberapa surat kabar tertentu. Sifat beberapa karikatur juga disesuaikan dengan identitas kedaerahan sehingga menggunakan ciri khas atau karakter kedaerahan yang positif seperti logat atau bahasa.

Wujud karikatur sangat bermakna, karena tema yang dipakai selalu menggambarkan fenomena atau permasalahan yang sedang terjadi, terutama menyangkut kebijakan pemerintah atau fenomena yang sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat luas, sehingga karikatur menjadi sarana kritik sosial dari redaksi. Dengan kata lain, arikatur mewakili sikap redaksi yang dituangkan dalam bentuk gambar. Karikatur pada umumnya menggambarkan tokoh dalam bentuk yang disproporsional (Hidayat dalam Husen, 2001: 206). Hal tersebut menyebabkan gambar karikatur terkesan lucu bagi orang yang melihatnya, meskipun sebenarnya mengandung sindiran dan kritikan sosial. Meskipun tidak selalu berisfat humoris, tetapi karikatur selalu merepresantasikan gambaran ketimpangan sosial secara halus.

Menurut Anderson (dalam Sobur, 2004: 133) karikatur merupakan wujud kritik sosial yang paling terbaca. Hal tersebut karena melihat karikatur tidak menyita waktu dan energi yang banyak. Melihat karikatur tidak memerlukan konsentrasi tinggi karena pesan yang disampaikan mudah dipahamai maknanya. Karikatur cenderung lebih mudah dipahami maknanya oleh semua orang; gambar juga dapat “berbicara”, seperti teks.. Para kartunis harus memaksimalkan gambar untuk menyampaikan kritik atau pesan karena karikatur hanya memuat atau bahkan kadang tidak menampilkan teks sama sekali. Minimnya karikatur akan teks menyebabkan nilai tersendiri dalam penyampaian pesan oleh kartunis dan justru menyebabkan karikatur menjadi semakin unik dan menyababkan kerinduan bagi para “penggemarnya”.

Misbakhul Munir S.Pd

Guru SD Al Azhar Syifa Budi Solo



0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Free Blogger Templates Joy by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP