puisi untuk kemanusiaan
>> Selasa, 29 September 2009
Hari ini sudah puluhan orang dating,
Kemarin pun tidak lebih sedikit,
Dan aku harap setiap hari pun begitu,
Tidak pernah susut jumlah orang sakit di negeri ini,
Orang gembira jika sembuh dari sakitnya,
Begitu juga aku pun gembira dengan kesembuhan mereka,
Tapi aku akan lebih bahagia lagi,
Jika mereka kembali dating ke sini,
Tanpa mengkhianati sumpahku,
Aku mendapatkan gunung emas dari pengabdianku,
Tak pedui apakah mereka naik kereta kuda,
Atau bertelanjang kaki,
Besok pagi-pagi buta,
membuka pintu ku lebar-lebar
tersenyum ramah kepada mereka,
yang dengan sabar duduk berjajar dengan nomor urut,
doa seorang pembuat kotak kayu
sudah ribuan kayu diukir menjadi kotak kayu
sudah ribuan tubuh kaku tidur di dalam kotak kayu,
semakin banyak kotak kayu yang diminta,
semakin banyak pula rupiah yang dikantongi,
kadang-kadang tak satupun kotak kayu yang dibuat,
mungkin manusia sedang sehat semua,
pernah pula puluhan yang dipesan dalam suatu pagi,
mungkin memang sedang rejeki,
wabah, kecelakaan, dan bencana memang membawa kematian,
juga membawa kesedihan bagi yang ditinggalkan ,
tetapi patutkah disebarluaskan,
bahwa mereka juga memberi rupiah
doa seorang pencari suara
suara haruslah diburu,
terkadang juga dijaring,
malah kalau perlu ditangkap,
ingat, suaranya saja
seandainya angin suara mempunyai bobot,
pasti angin tidak akan mampu menerbangkannya,
kecuali suara orang-orang bodoh yang memang lebih ringan dari angin,
sedang suara seorang cendekia pasti sama kukuhnya dengan gunung batu,
uang memang bukanlah segalanya,
tapi uang bisa menjaring laksana jaring,
menarik laksana magnet,
bahkan membunuh laksana senjata,
semakin banyak orang yang tak mengerti,
atau bahkan tak mau mengerti,
atau pura-pura mengerti,
akan semakin baik
Hari ini sudah puluhan orang dating,
Kemarin pun tidak lebih sedikit,
Dan aku harap setiap hari pun begitu,
Tidak pernah susut jumlah orang sakit di negeri ini,
Orang gembira jika sembuh dari sakitnya,
Begitu juga aku pun gembira dengan kesembuhan mereka,
Tapi aku akan lebih bahagia lagi,
Jika mereka kembali dating ke sini,
Tanpa mengkhianati sumpahku,
Aku mendapatkan gunung emas dari pengabdianku,
Tak pedui apakah mereka naik kereta kuda,
Atau bertelanjang kaki,
Besok pagi-pagi buta,
membuka pintu ku lebar-lebar
tersenyum ramah kepada mereka,
yang dengan sabar duduk berjajar dengan nomor urut,
doa seorang pembuat kotak kayu
sudah ribuan kayu diukir menjadi kotak kayu
sudah ribuan tubuh kaku tidur di dalam kotak kayu,
semakin banyak kotak kayu yang diminta,
semakin banyak pula rupiah yang dikantongi,
kadang-kadang tak satupun kotak kayu yang dibuat,
mungkin manusia sedang sehat semua,
pernah pula puluhan yang dipesan dalam suatu pagi,
mungkin memang sedang rejeki,
wabah, kecelakaan, dan bencana memang membawa kematian,
juga membawa kesedihan bagi yang ditinggalkan ,
tetapi patutkah disebarluaskan,
bahwa mereka juga memberi rupiah
doa seorang pencari suara
suara haruslah diburu,
terkadang juga dijaring,
malah kalau perlu ditangkap,
ingat, suaranya saja
seandainya angin suara mempunyai bobot,
pasti angin tidak akan mampu menerbangkannya,
kecuali suara orang-orang bodoh yang memang lebih ringan dari angin,
sedang suara seorang cendekia pasti sama kukuhnya dengan gunung batu,
uang memang bukanlah segalanya,
tapi uang bisa menjaring laksana jaring,
menarik laksana magnet,
bahkan membunuh laksana senjata,
semakin banyak orang yang tak mengerti,
atau bahkan tak mau mengerti,
atau pura-pura mengerti,
akan semakin baik
0 komentar:
Posting Komentar