HAWA NAFSU DAN ALIRAN SESAT: SUMBER KEJAHATAN

>> Kamis, 01 Oktober 2009

Di negara Indonesia ini hampir setiap tahun muncul berita yang menghebohkan masyarakat, terutama umat Islam. Sudah sejak beberapa tahun belakangan ini sering muncul orang-orang yang mengaku-aku sebagai orang yang mendapat wahyu dan pemimpin agama (nabi dan rasul). Ironisnya dari mereka yang mengaku-aku sebagai orang yang mendapat wahyu, ternyata tidak sedikit orang yang mempercayainya. Mereka mempunyai pengikut dalam jumlah yang tidak sedikit di berbagai daerah. Ironisnya lagi, terdapat kelompok di Indonesia dan mempunyai jaringan yang cukup luas (baik di dalam dan di luar negeri) yang mengaku sebagai ‘pembaharu’ Islam modern yang ‘mendukung’ munculnya kelompok-kelompok yang secara umum dapat dikatakan menyimpang dari ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Padahal sudah jelas yang dibawa oleh orang-orang yang mengaku-aku mendapat wahyu tersebut bertentangan dengan Al quran dan as sunnah.
Setiap kali muncul kelompok yang menyimpang dan dikecam secara luas di Indonesia (seperti munculnya Sholat dua bahasa, Jemaat Ahmadiyah, Lia Aminudin, Al Qiyadah Al Islamiayah, dll) baik oleh para ulama dan umat Islam, justru mucul pula pendapat-pendapat yang bernada membela kelompok sesat tersebut, paling tidak mereka tidak mengecam, bahkan menyalahkan dan mengecam (baca: mengejek) ulama. Yang perlu dicermati dari pernyataan orang-orang liberal atau organisasi mereka adalah berdalih dengan kebebasan beragama, mereka mendukung, atau paling tidak enggan mengingkari kesesatan kelompok-kelompok di atas ( Apabila mereka mendukung dan membela setiap kelompok atau orang yang mengaku mendapat wahyu, lantas sebenarnya berapa jumlah rasul menurut mereka. Apabila setiap ‘rasul’ baru tersebut dibela keberadaanya, lantas siapa yang sebenarnya ‘rasul’. Tentu yang sebenarnya rosul terakhir dan syariatnya wajib diikuti oleh umat Islam di dunia adalah Nabi Muhammad Saw).
Sebagian ulama mengatakan:’Hati-hatilah kamu sekalian dengan dua golongan manusia, yaitu:’orang yang mengikuti hawa nafsu, karena hawa nafsunya akan menimublkan fitnah (bencana) baginya, dan orang yang mencintai dunia, karena dunia akan memperdayainya’. Mereka juga mengatakan:’ Hati-hatilah kamu sekalian dengan orang yang pandai yang jahat dan orang yang suka beribadah tetapi bodoh, karena bencana (fitnah) keduanya adalah bencana bagi kamu semua orang yang terkena bencana’. Hal ini serupa dengan orang-orang yang dimurkai oleh Allah yang mengerjakan kebenaran tetapi juga mengerjakan hal-hal yang sebaliknya (kejahatan), dan juga serupa dengan orang-orang sesat yang melakukan perbuatan tanpa berdasarkan pengetahuan. (I’lamul Muwaqi’in. Panduan Hukum Islam. Ibnul Qayyim Al Jauziah, Hal.127)
Kita bisa membaca dari karya ulama kenamaan diatas, bahwa yang harus kita waspadai adalah orang pandai yang jahat dan orang yang suka beribadah tetapi bodoh.
Orang pandai yang jahat bisa menyebabkan banyak orang awam yang tergelincir. Bagi orang yang suka takjub dengan kepintaran atau panjangnya gelar-gelar, entah itu, professor, doktor, syekh, atau kyai, maka mereka akan mudah tunduk dan mengikuti ucapan orang-orang pandai tersebut. Celakanya, apabila orang yang awam dan tidak tahu apa-apa hanya taqlid dengan orang yang semacam itu dan mengikuti ucapan mereka tanpa reserve, padahal yang diucapkan oleh orang-orang pandai tersebut belum tentu kebenaran, tetapi juga kebatilan yang muncul berdasarkan bisikan syaithon dan nafsu. Karena orang yang pandai itu biasanya bicaranya mengesankan, pandai berkilah, dan pandai mempertahankan argumennya dalam perdebatan meskipun lemah dan batil argumen mereka, maka orang-orang pun akan mengikuti langkah-langkahnya.
Kebodohan ahli ibadah yang tekun dan khusyuk juga bisa menipu banyak orang. Meskipun kelihatannya islami,sholeh, dan khusyuk dalam beribadah, tetapi apabila tidak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah sebagai acuannya, maka akan mencelakakan umat. Syarat sahnya ibadah hanya ada dua, yaitu niat ikhlas karena Allah swt dan ittiba’ (mengikuti cara nabi). Apabila seseorang beribadah hanya ikhlas tetapi tidak sesuai cara Nabi, maka akan menjadi bid’ah.
Umat Islam yang hanya terfokus pada formalisme ritual agama dan penampilan luar (fisik ) seseorang akan mudah “tersandung” ketika mereka melihat ahli ibadah yang bodoh karena mereka hanya akan menilai mereka dari penampilan luar ibadahnya (yang penting kelihatan khusyuk dan rajin mengamalkan bermacam amalan, seperti wirid-wirid terntentu, meskipun tidak mempunyai landasan yang shohih dari Al Qur’an dan As Sunnah).
Dalam Al Qur’an Surat Ali Imron ayat 105-106, Allah swt berfirman:
” Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (105) yang pada waktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram, adapun orang-orang yang hitam muram wajahnya dikatakan” Mengapa kamu kafir setelah beriman? Maka rasakanlah azab itu disebabkan
Kekafiranmu (106)”.
Mufassir Ibnu Katsir menafsirkan ayat Allah “…Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (105) yang pada waktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram…”adalah hari kiamat pada saat wajah Ahli Sunnah Wal Jama’ah memutih dan wajah Ahli Bid’ah dan perselisihan menghitam. Demikian menurut penafsiran Ibnu Abbas. Adapun “…kafir setelah beriman…” mereka adalah kaum munafik “…Maka rasakanlah azab itu disebabkan kekafiranmu”. Gambaran ini meliputi pula kepada kaum kafir. (Kemudahan Dari Allah. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid I. Muhammad Nasib Ar Rifa’i. Hal. 563).
Yang harus diperhatikan dari bermacam munculnya bid’ah dan aliran sesat di Indonesia adalah akibat yang bisa muncul karena murka Allah swt, karena Allah swt telah berfirman “Dan Rabbmu lagi Maha Kaya, lagi mempunyai rohmat. Jika dia menghendaki niscaya dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana dia menjadikan kamu dari keturunan orang-orang
Lain” (al am’am:133).
Dalam ayat-Nya yang lain Allah swt juga telah memperingatkan:
” Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (Hai orang kafir Makkah) seorang Rosul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rosul kepada Fir’aun. Maka Fir’aun mendurhakai Rosul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” (Al Muzammil: 15-16).
Tentu kita, semua umat Islam, tidak mengharapkan murka Allah dan azabnya di dunia. Oleh karena itu kita harus melawan bid’ah dan hawa nafsu yang jahat dan menyesatkan.
Kita harus memanfaatkan kemampuan intelektual yang telah Allah swt berikan kepada kita untuk memahami syariat Islam dengan benar, yaitu dengan menjadikan generasi Salaf, terdahulu, sebagai panutan, karena merekalah sebaik-baik generasi umat Islam.“Sesungguhnya Allah mencintai pandangan yang dapat menahan diri ketika muncul hawa nafsu dan Dia juga mencintai akal yang sempurna ketika menghadapi hawa nafsu”. (I’lamul Muwaqi’in. Panduan Hukum Islam. Ibnul Qayyim Al Jauziah, Hal.128).
Aksi kekerasan terhadap penganut suatu kepercayaan atau aliran memang tidak dibenarkan oleh hukum, akan tetapi, penyimpangan terhadap ajaran asli suatu agama merupakan suatu pelecehan yang tidak dapat ditolerir. Oleh karena itu, pemerintah harus bertindak tegas terhadap semua aliran atau kepercayaan yang menyimpang dari agama Islam yang benar yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, karena apabila pemerintah tidak membubarkan semua kelompok yang melecehkan suatu ajaran agama dengan dalih kebebasan atau hak asasi manusia, maka kasus penyerangan terhadap suatu aliran agama yang menyimpang pun dapat dibenarkan dengan dalih yang sama.

Di negara Indonesia ini hampir setiap tahun muncul berita yang menghebohkan masyarakat, terutama umat Islam. Sudah sejak beberapa tahun belakangan ini sering muncul orang-orang yang mengaku-aku sebagai orang yang mendapat wahyu dan pemimpin agama (nabi dan rasul). Ironisnya dari mereka yang mengaku-aku sebagai orang yang mendapat wahyu, ternyata tidak sedikit orang yang mempercayainya. Mereka mempunyai pengikut dalam jumlah yang tidak sedikit di berbagai daerah. Ironisnya lagi, terdapat kelompok di Indonesia dan mempunyai jaringan yang cukup luas (baik di dalam dan di luar negeri) yang mengaku sebagai ‘pembaharu’ Islam modern yang ‘mendukung’ munculnya kelompok-kelompok yang secara umum dapat dikatakan menyimpang dari ajaran islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Padahal sudah jelas yang dibawa oleh orang-orang yang mengaku-aku mendapat wahyu tersebut bertentangan dengan Al quran dan as sunnah.
Setiap kali muncul kelompok yang menyimpang dan dikecam secara luas di Indonesia (seperti munculnya Sholat dua bahasa, Jemaat Ahmadiyah, Lia Aminudin, Al Qiyadah Al Islamiayah, dll) baik oleh para ulama dan umat Islam, justru mucul pula pendapat-pendapat yang bernada membela kelompok sesat tersebut, paling tidak mereka tidak mengecam, bahkan menyalahkan dan mengecam (baca: mengejek) ulama. Yang perlu dicermati dari pernyataan orang-orang liberal atau organisasi mereka adalah berdalih dengan kebebasan beragama, mereka mendukung, atau paling tidak enggan mengingkari kesesatan kelompok-kelompok di atas ( Apabila mereka mendukung dan membela setiap kelompok atau orang yang mengaku mendapat wahyu, lantas sebenarnya berapa jumlah rasul menurut mereka. Apabila setiap ‘rasul’ baru tersebut dibela keberadaanya, lantas siapa yang sebenarnya ‘rasul’. Tentu yang sebenarnya rosul terakhir dan syariatnya wajib diikuti oleh umat Islam di dunia adalah Nabi Muhammad Saw).
Sebagian ulama mengatakan:’Hati-hatilah kamu sekalian dengan dua golongan manusia, yaitu:’orang yang mengikuti hawa nafsu, karena hawa nafsunya akan menimublkan fitnah (bencana) baginya, dan orang yang mencintai dunia, karena dunia akan memperdayainya’. Mereka juga mengatakan:’ Hati-hatilah kamu sekalian dengan orang yang pandai yang jahat dan orang yang suka beribadah tetapi bodoh, karena bencana (fitnah) keduanya adalah bencana bagi kamu semua orang yang terkena bencana’. Hal ini serupa dengan orang-orang yang dimurkai oleh Allah yang mengerjakan kebenaran tetapi juga mengerjakan hal-hal yang sebaliknya (kejahatan), dan juga serupa dengan orang-orang sesat yang melakukan perbuatan tanpa berdasarkan pengetahuan. (I’lamul Muwaqi’in. Panduan Hukum Islam. Ibnul Qayyim Al Jauziah, Hal.127)
Kita bisa membaca dari karya ulama kenamaan diatas, bahwa yang harus kita waspadai adalah orang pandai yang jahat dan orang yang suka beribadah tetapi bodoh.
Orang pandai yang jahat bisa menyebabkan banyak orang awam yang tergelincir. Bagi orang yang suka takjub dengan kepintaran atau panjangnya gelar-gelar, entah itu, professor, doktor, syekh, atau kyai, maka mereka akan mudah tunduk dan mengikuti ucapan orang-orang pandai tersebut. Celakanya, apabila orang yang awam dan tidak tahu apa-apa hanya taqlid dengan orang yang semacam itu dan mengikuti ucapan mereka tanpa reserve, padahal yang diucapkan oleh orang-orang pandai tersebut belum tentu kebenaran, tetapi juga kebatilan yang muncul berdasarkan bisikan syaithon dan nafsu. Karena orang yang pandai itu biasanya bicaranya mengesankan, pandai berkilah, dan pandai mempertahankan argumennya dalam perdebatan meskipun lemah dan batil argumen mereka, maka orang-orang pun akan mengikuti langkah-langkahnya.
Kebodohan ahli ibadah yang tekun dan khusyuk juga bisa menipu banyak orang. Meskipun kelihatannya islami,sholeh, dan khusyuk dalam beribadah, tetapi apabila tidak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah sebagai acuannya, maka akan mencelakakan umat. Syarat sahnya ibadah hanya ada dua, yaitu niat ikhlas karena Allah swt dan ittiba’ (mengikuti cara nabi). Apabila seseorang beribadah hanya ikhlas tetapi tidak sesuai cara Nabi, maka akan menjadi bid’ah.
Umat Islam yang hanya terfokus pada formalisme ritual agama dan penampilan luar (fisik ) seseorang akan mudah “tersandung” ketika mereka melihat ahli ibadah yang bodoh karena mereka hanya akan menilai mereka dari penampilan luar ibadahnya (yang penting kelihatan khusyuk dan rajin mengamalkan bermacam amalan, seperti wirid-wirid terntentu, meskipun tidak mempunyai landasan yang shohih dari Al Qur’an dan As Sunnah).
Dalam Al Qur’an Surat Ali Imron ayat 105-106, Allah swt berfirman:
” Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (105) yang pada waktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram, adapun orang-orang yang hitam muram wajahnya dikatakan” Mengapa kamu kafir setelah beriman? Maka rasakanlah azab itu disebabkan
Kekafiranmu (106)”.
Mufassir Ibnu Katsir menafsirkan ayat Allah “…Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (105) yang pada waktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram…”adalah hari kiamat pada saat wajah Ahli Sunnah Wal Jama’ah memutih dan wajah Ahli Bid’ah dan perselisihan menghitam. Demikian menurut penafsiran Ibnu Abbas. Adapun “…kafir setelah beriman…” mereka adalah kaum munafik “…Maka rasakanlah azab itu disebabkan kekafiranmu”. Gambaran ini meliputi pula kepada kaum kafir. (Kemudahan Dari Allah. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid I. Muhammad Nasib Ar Rifa’i. Hal. 563).
Yang harus diperhatikan dari bermacam munculnya bid’ah dan aliran sesat di Indonesia adalah akibat yang bisa muncul karena murka Allah swt, karena Allah swt telah berfirman “Dan Rabbmu lagi Maha Kaya, lagi mempunyai rohmat. Jika dia menghendaki niscaya dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana dia menjadikan kamu dari keturunan orang-orang
Lain” (al am’am:133).
Dalam ayat-Nya yang lain Allah swt juga telah memperingatkan:
” Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (Hai orang kafir Makkah) seorang Rosul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rosul kepada Fir’aun. Maka Fir’aun mendurhakai Rosul itu, lalu Kami siksa dia dengan siksaan yang berat.” (Al Muzammil: 15-16).
Tentu kita, semua umat Islam, tidak mengharapkan murka Allah dan azabnya di dunia. Oleh karena itu kita harus melawan bid’ah dan hawa nafsu yang jahat dan menyesatkan.
Kita harus memanfaatkan kemampuan intelektual yang telah Allah swt berikan kepada kita untuk memahami syariat Islam dengan benar, yaitu dengan menjadikan generasi Salaf, terdahulu, sebagai panutan, karena merekalah sebaik-baik generasi umat Islam.“Sesungguhnya Allah mencintai pandangan yang dapat menahan diri ketika muncul hawa nafsu dan Dia juga mencintai akal yang sempurna ketika menghadapi hawa nafsu”. (I’lamul Muwaqi’in. Panduan Hukum Islam. Ibnul Qayyim Al Jauziah, Hal.128).
Aksi kekerasan terhadap penganut suatu kepercayaan atau aliran memang tidak dibenarkan oleh hukum, akan tetapi, penyimpangan terhadap ajaran asli suatu agama merupakan suatu pelecehan yang tidak dapat ditolerir. Oleh karena itu, pemerintah harus bertindak tegas terhadap semua aliran atau kepercayaan yang menyimpang dari agama Islam yang benar yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, karena apabila pemerintah tidak membubarkan semua kelompok yang melecehkan suatu ajaran agama dengan dalih kebebasan atau hak asasi manusia, maka kasus penyerangan terhadap suatu aliran agama yang menyimpang pun dapat dibenarkan dengan dalih yang sama.

1 komentar:

Salahuddin Ayyubi 1 Desember 2009 pukul 14.22  

Salam

Laisal Khabru Kal Mua’aayanati

Berita yang didengar itu sebenarnya lain dari apa yang dilihat sendiri.

lawat-lawat blog saya

http://barahinahmadi.blogspot.com/
http://persoalannabiisa.blogspot.com/

Wassalam

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Free Blogger Templates Joy by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP