TOPENG MONYET

>> Selasa, 29 September 2009

“Ris, menurutmu, apa yang harus bapak lakukan agar terpilih menjadi gubernur dalam pemilihan nanti” Tanya Pak Joko kepada asistem pribadi yang sangat dipercayainya, Aris. Sambil menikmati suasana kafe yang tenang, mereka berdiskusi tentang rencana untuk merebut kursi gubernur. Sebagai mantan aktifis mahasiswa dan lulusan Fakultas Ilmu Politik, Aris mampu memberikan nasihat-nasihat politis kepada bos nya, yang tidak lama lagi akan mencalonkan menjadi gubernur, karena telah mendapat restu dari DPP sebuah partai besar I Jakarta.

“Menurut saya, agar terpilih menjadi gubernur pada pemilu tahun depan, bapak harus merangkul semua pihak, terutama lembaga-lembaga yang mempunyai masa yang banyak, seperti pondok pesantren, lembaga sosial masyarakat. Kalau perlu bapak mengadakan berbagai acara yang dapat menghadirkan orang banyak, seperti pengajian, bagi-bagi sembako gratis, sunatan masal. Bapak harus bisa memberikan citra sebagai warga negara yang baik, nasionalis sosialis relijius, agar bapak bisa diterima oleh semua kelompok masyarakat dan juga semua agama” Jawab Aris memberi nasihat.

“Jadi pencitraan itu penting. Kalau naik haji gimana, Ris” Tanya Pak Joko meminta pendapat apabila dirinya naik haji.

“Wah, itu bagus sekali Pak. Apalagi nanti setelah naik haji, bapak selalu mencantumkan gelar haji tersebut di depan nama bapak, biar terkesan relijius Pak, karena sebagian besar warga yang akan memilih itu kan agamanya Islam. Kalau naik haji, nanti bikin pengajian besar-besaran dan diumumkan ke media-media, biar semua orang tahu bahwa bapak naik haji. Nanti kalau Hari Idul Fitri, bapak harus menyebarkan spanduk di berbagai tempat strategis, seperti pasar, atau pinggir jalan raya, yang bunyinya adalah mengucapkan selamat lebaran dan mohon maaf lahir batin, lengkap dengan gambar bapak yang mengenakan peci, bahkan kalau perlu mengenakan sajadah di pundak. Jangan lupa bapak juga memberikan hewan qurban kalau hari raya kurban” lanjut Aris member saran.

“Lantas apalagi Ris” Tanya Pak Joko. Sebenarnya Pak Joko hampir tidak tahu tentang ilmu pemerintahan maupun ilmu politik, tetapi karena kekayaannyalah dia bisa mendapatkan dukungan untuk maju sebagai calon gubernur. Kabarnya Pak Joko hanya lulus SD, tetapi dia selalu menambah embel-embel sarjana di belakang namanya, karena dia membeli gelar tersebut dari sebuah lembaga pendidikan swasta yang biasa menjual gelar.

“Bapak harus rajin sowan ke pondok-pondok pesantren dan ke kayi-kyai, terutama ke kyai-kyai yang sepuh, dan jangan lupa memberi bantuan untuk pembangunan pondok. Kalau bapak sering datang ke para kyai, terutama pas Idul Fitri, Maulid Nabi, dan Istighosah, pasti mereka akan segera bersimpati kepada bapak. Kalau bapak bisa mendapatkan dukungan dari para kyai, otomatis para santri dan masyarakat yang menjadi pengikut kyai tersebut akan memilih bapak dalam pemilu nanti. Jangan lupa nanti janji sama para kyai bahwa kalau terpilih, pondok-pondok meraka akan dibangun lebih besar lagi, agar pendidikan pesantren terus berkembang” lanjut Aris.

“Untuk meraih dukungan ibu-ibu bagaimana, Ris?” Tanya Pak Joko.

“Untuk ibu-ibu, bapak harus sering mengadakan acara bagi-bagi sembako gratis, terutama yang harganya mahal. Harga minyak goreng dan minyak tanah kan sedang mahal-mahalnya, bapak bisa manfaatkan momen ini untuk mendapatkan simpati mereka dulu, jangan lupa bapak nanti juga terjun ke lapangan, agar kelihatan lebih merakyat, kalau perlu bapak juga bagi-bagi duit juga. Jangan lupa janji kalau terpilih nanti, akan menurunkan harga minyak tanah, minyak goreng, beras, dan barang kebuTuhan pokok lainnya. Sekolah dasar sampai menengah juga akan digratiskan, sehingga mereka tidak perlu membayar SPP lagi. Ibu-ibu itu suka dengan kata-kata gratis dan murah lho pak.” kata Aris memberi saran pada bosnya.

“Untuk mencari dukungan anak-anak muda gimana Ris strateginya?” lanjut Pak Joko bertanya.

“Untuk anak-anak muda bikin saja acara hura-hura, yang membuat mereka senang, seperti dangdut, atau konser band-band terkenal dari Jakarta. Jangan lupa janji sama mereka, kalau bapak menang, bapak bakal lebih sering lagi mengundang penyanyi dangdut atau band terkenal untuk konser, dan semuanya gratis. Untuk anak-anak kampung, bapak buat saja perlombaan olahraga, seperti badminton, voli, atau sepak bola Joko Cup atau grasstrack, mereka pasti senang kalau ada acara rame-rame seperti itu, ditambah mengundang penyanyi dangut juga boleh, kalau perlu, kasih saja mereka minuman gratis, pasti tambah rame. Bapak senang, mereka juga senang.” kata Aris.

“Untuk bapak-bapak petani gimana Ris” Tanya Pak Joko.

“Wah, itu mudah Pak. Bapak janji saja sama mereka, nanti tidak ada impor pangan lagi, terutama beras dan kedelai. Kasih saja mereka bibit dan pupuk gratis. Bapak juga harus turun ke sawah, ikut menaman padi, dan nanti akan muncul di koran gambar-gambar yang sedang menaman padi di sawah, pasti akan sangat menguntungkan bapak. Bapak juga harus sering-sering turun ke desa-desa miskin, agar mereka mengenal bapak, tetapi jangan lupa, bawa bantuan untuk mereka, seperti semen, pasir, kalau perlu bikin gapura atau tugu peringatan di desa-desa, pasti mereka akan ingat terus sama bapak.

“Untuk para nelayan enaknya dikasih apa Ris?” Tanya lagi Pak Joko.

“Untuk nelayan, kasih saja mereka bantuan jaring sama perahu. Jangan lupa janjikan sama mereka, bahwa kalau terpilih nanti, bapak akan membangun tempat pelelangan ikan yang lebih baik dan memberi mereka subsidi bahan bakar untuk kapal mereka” jawab Aris.

“kalau orang miskin di perkotaan gimana Ris?” Tanya lagi Pak Joko.

“Kalau untuk di perkotaan, bapak perlu mendekati para pedagang kaki lima dan abang-abang becak. Janjikan saja sama mereka, kalau terpilih menjadi gubernur nanti, tidak bakal ada penggusuran PKL, bahkan aka diberi bantuan modal. Becak-becak juga boleh tetap beroperasi di kota. Kalau perlu bapak nanti memborong makanan milik pedagang makanan di pinggir jalan an makan bareng para tukang becak, agar menunjukkan bahwa bapak benar-benar peduli dengan mereka” terang Aris panjang lebar.


“Kalau buruh?” Tanya Pak Joko lebih lanjut.

“Kalau buruh, janjikan saja kepada mereka kenaikan upah minimum dan jAminan tidak ada pemutusan kerja, dan toh kalau itupun terjadi mereka akan tetap mendapatkan hak-haknya. Jangan lupa semua serikat kerja dihubungi, agar langkah bapak lebih mulus lagi. Jumlah buruh itu kan ratusan ribu, lebih praktisnya memang kalau kita melobi para pengurus serikat pekerjanya. Kalau hari buruh juga ikut demo lo Pak” Jawab Aris.

“Untuk mahasiswa dan pelajar bagaimana? Mereka kan kritis dan suka demo?” Tanya Pak Joko lagi.

“Ah, gampang Pak. Dulu saya kan juga aktifis, jadi tahu bagimana mereka. Memang banyak mahasiswa yang idealis, tapi yang oportunis juga banyak. Mereka juga banyak yang bisa dibayar supaya demo, tapi juga bisa dibayar supaya tidak demo. Mereka kebanyakan hanya pinter ngomong ngalor ngidul, tapi kuliah juga tidak becus, tidak lulus, bahkan nilainya pun sering NASAKOM. Jangan khawatir, kalau urusan mahasiswa, nantia biar saya yang mengatur, seluk beluknya saya paham” Jawab Aris dengan pasti.

“Wah, memang hebat kamu Ris. Tidak salah bapak memilih kamu jadi asisten pribadi, tapi nasakom itu apa Ris, kalau nasionalis, agama, dan komunis kan sudah tidak ada kan Ris?” kata Pak Joko memuji Aris.

“NASAKOM itu singkatan nasib satu koma, padahal kan mahasiswa nilainya paling tinggi cuma empat. Kalau nilai satu koma berarti ya bodoh” kata Aris menjelaskan kata tersebut.

“Kalau nanti terpilih dan tidak bisa mewujudkan semua janji-janji itu bagaimana Ris” Tanya Pak Joko.

“Jangan khawatir Pak, nanti biasanya mereka akan cepat lupa dengan janji-janji bapak. Katakana saja bahwa bapak juga manusia, mempunyai keterbatasan. Kalau yang tanpa dosa itu namanya malaikat. Masih untung bapak masih mau memberi janji, daripada mereka tidak dikasih apa-apa”Jawab Aris ambil bercanda. Pak Joko pun tersenyum riang mendengarnya.

“Kalau untuk menjaga kerukunan umat beragama bagaimana ris” tanyabPak Joko lagi.

“Kalau itu, bapak harus merangkul semua tokoh agama yang ada. Kasih mereka bantuan materi kalau ada perayaan hari besar agama. Ya, kalau Idul Fitri ya mengucapkan selamat Idul Fitri, kalau Natal ya mengucapkan selamat Natal. Agama yang lain juga diberi ucapan selamat. Kalau diundang perayaan hari besar, datang saja, nanti ikut berdoa bersama. Pasti semua tokoh agama akan mendukung bapak. Jangan lupa nanti ke mana pun memakai peci” Jawab Aris dengan mantap.

“Sekarang, langkah pertama yang harus bapak lakukan agar semua rencana tadi berjalan lancar apa Ris” Tanya Pak Joko.

“Menurut saya, langkah pertama yang harus bapak lakukan adalah masuk Islam dulu, agar KTP nya Islam, kemudian menambah nama depan bapak dengan Muhammad. Biar kelihatan Islami” Jawab Aris dengan yakin.

“Kalau begitu, antar saya, Ris, kita cari kyai, nanti saya masuk Islamnya minggu depan saja, pokoknya harus di depan kyai yang terkenal saja, sekalian kamu undang wartawan daerah dan nasional, kalau perlu stasiun televisi juga ya. Biar rame, kamu bikin spanduk dan pengumuman ke lokasi-lokasi strategis, jadi semua orang tahu kalau saya masuk Islam.” perintah Pak Joko.

“Baik Pak, nanti jangan lupa kita bikin pengajian dengan kyai yang pinter bikin orang ketawa, sekalian undang juga grup rebana yang terkenal malam harinya Pak” Jawab ari. “apa itu rebana” Tanya pak Joko heran, karena dia belum pernah mendengar kata tersebut.

“Rebana itu semacam grup musik Islam, nanti mereka pentas di panggung, seperti konser, tetapi orang-orang yang melihatnya tidak boleh joget. Alat musiknya cuma rebana, semacam gendang, tapi lebih pendek” terang Aris.

“Jadi di Islam ada konser juga to. Ehm, Memangnya ada kyai yang pinter bikin orang ketawa, kok kayak pelawak saja ya Ris” Tanya Pak Joko lagi.

“Wah, sekarang itu yang laku ya kyai yang seperti itu, kyai yang bisa bikin orang ketawa sehingga pengajiannya jadi rame. Jadi mereka itu kyai ya juga pelawak. Kalau kyai yang ngajak orang ibadah dan menjalankan syariat Islam malah kurang laku” kata Aris.

“Oh, jadi orang Islam itu suka pengajian yang rame dan lucu ya Ris. Oo iya, untuk cari dukungan lembah hitam langgananmu itu bagaimana Ris” Tanya Pak Joko sambil berjalan keluar.

“Ah Bapak, langganan saya kan langganan Bapak juga. Bilang saja sama germo mereka, kalau mereka memilih bapak, nanti bapak bakal lebih sering lagi silaturahim ke tempat mereka, tidak sendirian lagi, tapi rame-rame sama yang lain juga. Lokalisasinya aman, tidak bakal ditutup” Jawab Aris sambil tersenyum sambil mengikuti bos nya keluar dari kafe setelah membayar anggur yang mereka minum.

“Ya sudah, apa sekarang mampir dulu ke sana. Tenang, saya yang nraktir” kata Pak Joko.

“Makasih Pak, tapi kata dokter, saya tidak boleh jajan dulu, belum sembuh” jawab Aris.


“Ris, menurutmu, apa yang harus bapak lakukan agar terpilih menjadi gubernur dalam pemilihan nanti” Tanya Pak Joko kepada asistem pribadi yang sangat dipercayainya, Aris. Sambil menikmati suasana kafe yang tenang, mereka berdiskusi tentang rencana untuk merebut kursi gubernur. Sebagai mantan aktifis mahasiswa dan lulusan Fakultas Ilmu Politik, Aris mampu memberikan nasihat-nasihat politis kepada bos nya, yang tidak lama lagi akan mencalonkan menjadi gubernur, karena telah mendapat restu dari DPP sebuah partai besar I Jakarta.

“Menurut saya, agar terpilih menjadi gubernur pada pemilu tahun depan, bapak harus merangkul semua pihak, terutama lembaga-lembaga yang mempunyai masa yang banyak, seperti pondok pesantren, lembaga sosial masyarakat. Kalau perlu bapak mengadakan berbagai acara yang dapat menghadirkan orang banyak, seperti pengajian, bagi-bagi sembako gratis, sunatan masal. Bapak harus bisa memberikan citra sebagai warga negara yang baik, nasionalis sosialis relijius, agar bapak bisa diterima oleh semua kelompok masyarakat dan juga semua agama” Jawab Aris memberi nasihat.

“Jadi pencitraan itu penting. Kalau naik haji gimana, Ris” Tanya Pak Joko meminta pendapat apabila dirinya naik haji.

“Wah, itu bagus sekali Pak. Apalagi nanti setelah naik haji, bapak selalu mencantumkan gelar haji tersebut di depan nama bapak, biar terkesan relijius Pak, karena sebagian besar warga yang akan memilih itu kan agamanya Islam. Kalau naik haji, nanti bikin pengajian besar-besaran dan diumumkan ke media-media, biar semua orang tahu bahwa bapak naik haji. Nanti kalau Hari Idul Fitri, bapak harus menyebarkan spanduk di berbagai tempat strategis, seperti pasar, atau pinggir jalan raya, yang bunyinya adalah mengucapkan selamat lebaran dan mohon maaf lahir batin, lengkap dengan gambar bapak yang mengenakan peci, bahkan kalau perlu mengenakan sajadah di pundak. Jangan lupa bapak juga memberikan hewan qurban kalau hari raya kurban” lanjut Aris member saran.

“Lantas apalagi Ris” Tanya Pak Joko. Sebenarnya Pak Joko hampir tidak tahu tentang ilmu pemerintahan maupun ilmu politik, tetapi karena kekayaannyalah dia bisa mendapatkan dukungan untuk maju sebagai calon gubernur. Kabarnya Pak Joko hanya lulus SD, tetapi dia selalu menambah embel-embel sarjana di belakang namanya, karena dia membeli gelar tersebut dari sebuah lembaga pendidikan swasta yang biasa menjual gelar.

“Bapak harus rajin sowan ke pondok-pondok pesantren dan ke kayi-kyai, terutama ke kyai-kyai yang sepuh, dan jangan lupa memberi bantuan untuk pembangunan pondok. Kalau bapak sering datang ke para kyai, terutama pas Idul Fitri, Maulid Nabi, dan Istighosah, pasti mereka akan segera bersimpati kepada bapak. Kalau bapak bisa mendapatkan dukungan dari para kyai, otomatis para santri dan masyarakat yang menjadi pengikut kyai tersebut akan memilih bapak dalam pemilu nanti. Jangan lupa nanti janji sama para kyai bahwa kalau terpilih, pondok-pondok meraka akan dibangun lebih besar lagi, agar pendidikan pesantren terus berkembang” lanjut Aris.

“Untuk meraih dukungan ibu-ibu bagaimana, Ris?” Tanya Pak Joko.

“Untuk ibu-ibu, bapak harus sering mengadakan acara bagi-bagi sembako gratis, terutama yang harganya mahal. Harga minyak goreng dan minyak tanah kan sedang mahal-mahalnya, bapak bisa manfaatkan momen ini untuk mendapatkan simpati mereka dulu, jangan lupa bapak nanti juga terjun ke lapangan, agar kelihatan lebih merakyat, kalau perlu bapak juga bagi-bagi duit juga. Jangan lupa janji kalau terpilih nanti, akan menurunkan harga minyak tanah, minyak goreng, beras, dan barang kebuTuhan pokok lainnya. Sekolah dasar sampai menengah juga akan digratiskan, sehingga mereka tidak perlu membayar SPP lagi. Ibu-ibu itu suka dengan kata-kata gratis dan murah lho pak.” kata Aris memberi saran pada bosnya.

“Untuk mencari dukungan anak-anak muda gimana Ris strateginya?” lanjut Pak Joko bertanya.

“Untuk anak-anak muda bikin saja acara hura-hura, yang membuat mereka senang, seperti dangdut, atau konser band-band terkenal dari Jakarta. Jangan lupa janji sama mereka, kalau bapak menang, bapak bakal lebih sering lagi mengundang penyanyi dangdut atau band terkenal untuk konser, dan semuanya gratis. Untuk anak-anak kampung, bapak buat saja perlombaan olahraga, seperti badminton, voli, atau sepak bola Joko Cup atau grasstrack, mereka pasti senang kalau ada acara rame-rame seperti itu, ditambah mengundang penyanyi dangut juga boleh, kalau perlu, kasih saja mereka minuman gratis, pasti tambah rame. Bapak senang, mereka juga senang.” kata Aris.

“Untuk bapak-bapak petani gimana Ris” Tanya Pak Joko.

“Wah, itu mudah Pak. Bapak janji saja sama mereka, nanti tidak ada impor pangan lagi, terutama beras dan kedelai. Kasih saja mereka bibit dan pupuk gratis. Bapak juga harus turun ke sawah, ikut menaman padi, dan nanti akan muncul di koran gambar-gambar yang sedang menaman padi di sawah, pasti akan sangat menguntungkan bapak. Bapak juga harus sering-sering turun ke desa-desa miskin, agar mereka mengenal bapak, tetapi jangan lupa, bawa bantuan untuk mereka, seperti semen, pasir, kalau perlu bikin gapura atau tugu peringatan di desa-desa, pasti mereka akan ingat terus sama bapak.

“Untuk para nelayan enaknya dikasih apa Ris?” Tanya lagi Pak Joko.

“Untuk nelayan, kasih saja mereka bantuan jaring sama perahu. Jangan lupa janjikan sama mereka, bahwa kalau terpilih nanti, bapak akan membangun tempat pelelangan ikan yang lebih baik dan memberi mereka subsidi bahan bakar untuk kapal mereka” jawab Aris.

“kalau orang miskin di perkotaan gimana Ris?” Tanya lagi Pak Joko.

“Kalau untuk di perkotaan, bapak perlu mendekati para pedagang kaki lima dan abang-abang becak. Janjikan saja sama mereka, kalau terpilih menjadi gubernur nanti, tidak bakal ada penggusuran PKL, bahkan aka diberi bantuan modal. Becak-becak juga boleh tetap beroperasi di kota. Kalau perlu bapak nanti memborong makanan milik pedagang makanan di pinggir jalan an makan bareng para tukang becak, agar menunjukkan bahwa bapak benar-benar peduli dengan mereka” terang Aris panjang lebar.


“Kalau buruh?” Tanya Pak Joko lebih lanjut.

“Kalau buruh, janjikan saja kepada mereka kenaikan upah minimum dan jAminan tidak ada pemutusan kerja, dan toh kalau itupun terjadi mereka akan tetap mendapatkan hak-haknya. Jangan lupa semua serikat kerja dihubungi, agar langkah bapak lebih mulus lagi. Jumlah buruh itu kan ratusan ribu, lebih praktisnya memang kalau kita melobi para pengurus serikat pekerjanya. Kalau hari buruh juga ikut demo lo Pak” Jawab Aris.

“Untuk mahasiswa dan pelajar bagaimana? Mereka kan kritis dan suka demo?” Tanya Pak Joko lagi.

“Ah, gampang Pak. Dulu saya kan juga aktifis, jadi tahu bagimana mereka. Memang banyak mahasiswa yang idealis, tapi yang oportunis juga banyak. Mereka juga banyak yang bisa dibayar supaya demo, tapi juga bisa dibayar supaya tidak demo. Mereka kebanyakan hanya pinter ngomong ngalor ngidul, tapi kuliah juga tidak becus, tidak lulus, bahkan nilainya pun sering NASAKOM. Jangan khawatir, kalau urusan mahasiswa, nantia biar saya yang mengatur, seluk beluknya saya paham” Jawab Aris dengan pasti.

“Wah, memang hebat kamu Ris. Tidak salah bapak memilih kamu jadi asisten pribadi, tapi nasakom itu apa Ris, kalau nasionalis, agama, dan komunis kan sudah tidak ada kan Ris?” kata Pak Joko memuji Aris.

“NASAKOM itu singkatan nasib satu koma, padahal kan mahasiswa nilainya paling tinggi cuma empat. Kalau nilai satu koma berarti ya bodoh” kata Aris menjelaskan kata tersebut.

“Kalau nanti terpilih dan tidak bisa mewujudkan semua janji-janji itu bagaimana Ris” Tanya Pak Joko.

“Jangan khawatir Pak, nanti biasanya mereka akan cepat lupa dengan janji-janji bapak. Katakana saja bahwa bapak juga manusia, mempunyai keterbatasan. Kalau yang tanpa dosa itu namanya malaikat. Masih untung bapak masih mau memberi janji, daripada mereka tidak dikasih apa-apa”Jawab Aris ambil bercanda. Pak Joko pun tersenyum riang mendengarnya.

“Kalau untuk menjaga kerukunan umat beragama bagaimana ris” tanyabPak Joko lagi.

“Kalau itu, bapak harus merangkul semua tokoh agama yang ada. Kasih mereka bantuan materi kalau ada perayaan hari besar agama. Ya, kalau Idul Fitri ya mengucapkan selamat Idul Fitri, kalau Natal ya mengucapkan selamat Natal. Agama yang lain juga diberi ucapan selamat. Kalau diundang perayaan hari besar, datang saja, nanti ikut berdoa bersama. Pasti semua tokoh agama akan mendukung bapak. Jangan lupa nanti ke mana pun memakai peci” Jawab Aris dengan mantap.

“Sekarang, langkah pertama yang harus bapak lakukan agar semua rencana tadi berjalan lancar apa Ris” Tanya Pak Joko.

“Menurut saya, langkah pertama yang harus bapak lakukan adalah masuk Islam dulu, agar KTP nya Islam, kemudian menambah nama depan bapak dengan Muhammad. Biar kelihatan Islami” Jawab Aris dengan yakin.

“Kalau begitu, antar saya, Ris, kita cari kyai, nanti saya masuk Islamnya minggu depan saja, pokoknya harus di depan kyai yang terkenal saja, sekalian kamu undang wartawan daerah dan nasional, kalau perlu stasiun televisi juga ya. Biar rame, kamu bikin spanduk dan pengumuman ke lokasi-lokasi strategis, jadi semua orang tahu kalau saya masuk Islam.” perintah Pak Joko.

“Baik Pak, nanti jangan lupa kita bikin pengajian dengan kyai yang pinter bikin orang ketawa, sekalian undang juga grup rebana yang terkenal malam harinya Pak” Jawab ari. “apa itu rebana” Tanya pak Joko heran, karena dia belum pernah mendengar kata tersebut.

“Rebana itu semacam grup musik Islam, nanti mereka pentas di panggung, seperti konser, tetapi orang-orang yang melihatnya tidak boleh joget. Alat musiknya cuma rebana, semacam gendang, tapi lebih pendek” terang Aris.

“Jadi di Islam ada konser juga to. Ehm, Memangnya ada kyai yang pinter bikin orang ketawa, kok kayak pelawak saja ya Ris” Tanya Pak Joko lagi.

“Wah, sekarang itu yang laku ya kyai yang seperti itu, kyai yang bisa bikin orang ketawa sehingga pengajiannya jadi rame. Jadi mereka itu kyai ya juga pelawak. Kalau kyai yang ngajak orang ibadah dan menjalankan syariat Islam malah kurang laku” kata Aris.

“Oh, jadi orang Islam itu suka pengajian yang rame dan lucu ya Ris. Oo iya, untuk cari dukungan lembah hitam langgananmu itu bagaimana Ris” Tanya Pak Joko sambil berjalan keluar.

“Ah Bapak, langganan saya kan langganan Bapak juga. Bilang saja sama germo mereka, kalau mereka memilih bapak, nanti bapak bakal lebih sering lagi silaturahim ke tempat mereka, tidak sendirian lagi, tapi rame-rame sama yang lain juga. Lokalisasinya aman, tidak bakal ditutup” Jawab Aris sambil tersenyum sambil mengikuti bos nya keluar dari kafe setelah membayar anggur yang mereka minum.

“Ya sudah, apa sekarang mampir dulu ke sana. Tenang, saya yang nraktir” kata Pak Joko.

“Makasih Pak, tapi kata dokter, saya tidak boleh jajan dulu, belum sembuh” jawab Aris.


1 komentar:

Anonim 3 Oktober 2009 pukul 20.21  

\coba menunjukkan yg senyatanya yaa?:>, klo byk org berbuat baik krn ada maksudnya...
tp agak bingung endingnya...

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Free Blogger Templates Joy by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP