TURUN HAJI

>> Selasa, 29 September 2009

Tahun ini, Pak Haji Sodrun akan menunaikan ibadah haji lagi. Sebenarnya ini bukan berita baru di dukuh karangrejo, karena Pak Haji Sodrun sebenarnya sudah menunaikan empat kali naik haji secara berturu-turut, sehingga sekarang adalah ibadah haji yang ke lima kalinya. Pak Haji Sodrun adalah salah satu orang terkaya di Desa Karangrejo, sebuah desa yang sebenarnya subur, tetapi sebagian besar warganya hidup dengan menjadi buruh yang miskin, karena mereka harus menanam apa yang tidak mereka miliki, dan memanen apa yang tidak bakal mereka nikmati.

Tanah yang luas puluhan hektar di Desa Karangrejo hanya dimiliki oleh segelintir orang saja, dan salah satunya adalah Pak Haji Sodrun. Semua orang takut dengan Pak Haji Sodrun. Luas tanah Pak Haji Sodrun sama luasnya dengan tanah bengkok desa. Seandainya Pak Haji Sodrun menjadi kepala desa, Maka Pak Haji Sodrun akan mendapat tanah bengkok desa yang luasnya berhektar-hektar dan otomatis menjadi tuan tanah dengan lahan terluas di desa itu.


Sebenarnya Pak Haji Sodrun bukanlah orang yang taat beribadah. Sholat jamaah di masjid pun jarang kelihatan, paling datang ke masjid kalau Sholat Jumat dan Id saja datang ke masjid. Kalau ada hajatan atau syukuran di rumah warga, Haji Sodrun selalu menolak untuk membaca doa, apalagi untuk mengisi Khutbah Jumat atau Sholat Id, jelas Pak Haji Sodrun akan menolaknya mentah-mentah.

Pernah suatu ketika, pada suatu jamuan syukuran kelahiran anak salah satu warga Desa Karangrejo, Pak Mujib yang biasanya membaca doa dengan fasih tiba-tiba pulang karena dijemput istrinya karena ada tamu yang datang dan sedang menunggu di rumah. Pembawa acara pun tiba-tiba meminta Pak Haji Sodrun untuk membaca doa penutup.

“Pak Haji Sodrun, mohon maaf Pak, karena Pak Mujib tiba-tiba pulang ada tamu, saya minta kepada Pak Haji Sodrun untuk membacakan doa penutup” pinta pembaca acara kepada Pak Haji Sodrun.

Karena diminta di depan umum, Pak Haji Sodrun pun gengsi dan sungkan untuk menolak, karena Pak Lurah dan Pak Carik juga hadir. Sebenarnya Pak Haji Sodrun bingung mau membaca doa apa, tiba-tiba dia teringat samar-samar suatu doa yang pernah dingatnya sewaktu kecil selalu didengarnya ketika Makan bersama teman-temannya dahulu. Maka dia pun mulai membaca doa tersebut.

“Allahuuma bariklana fiima…, allahuuma fiima…”Pak Haji Sodrun pun tidak tahu terusan doa itu dan kemudian bergumam membaca sesuatu yang tidak jelas, tetapi yang jelas bukan terusan dari doa itu. Serentak para hadirin pun saling memandang satu sama lain dengan tersenyum-senyum, bahkan ada yang tertawa cekikikan, bahkan Sarwan, salah seorang hadirin tertawa dengan keras, karena mendengar doa makan yang harusnya doa penutup acara yang dibaca dengan tidak lancar, bahkan jelas bahwa ternyata Pak Haji Sodrun tidak hapal doa tersebut. Dengan wajah memerah, Pak Haji Sodrun ijin ke belakang. Pak Haji Sodrun kemudian langsung pulang lewat jalan belakang rumah tanpa sepatah kata pun ketika disapa oleh pemilik rumah.

Esok harinya, Sarwan, orang yang tertawa dengan keras tiba-tiba dipecat tanpa alasan yang jelas oleh Pak Jawal, majikannya, yang masih saudara Pak Haji Sodrun. Sejak hari itu, semua orang semakin takut membicarakan kejadian yang menimpa Pak Haji Sodrun tersebut di depan umum, terlebih bagi warga yang bekerja padanya.


Pada tahun ini, untuk merayakan keberangkatan ke tanah suci yang ke lima, Pak Haji Sodrun akan menyembelih seekor sapi dan dua ekor kambing untuk hidangan pada pengajian besar-besaran yang diadakannya dan mengundang semua warga desa; acara pengajian tersebut digelar tiga hari sebelum keberangkatannya ke Embarkasi Haji Donohudan Boyolali. Bahkan, hampir setiap malam rumah Pak Haji Sodrun ramai dikunjungi oleh tokoh masyarakat dan rekan-rekan bisnisnya sekedar untuk berbincang. Setiap hari pelayan di rumah Pak Haji Sodrun menyembelih paling tidak dua ekor ayam kampung untuk hidangan tamu-tamu istimewa majikannya.

Setiap tahun menunaikan haji, Pak Haji Sodrun selalu mengadakan pengajian besar-besaran. Bahkan pada tahun lalu Pak Haji Sodrun mengundang seorang da’i terkenal dari Kota Solo untuk mengisi acara pengajian. Belum cukup dengan pengajian, Pak Haji Sodrun juga mengundang sebuah grup rebana yang terkenal untuk tampil menghibur masyarakat dan membuat panggung yang meriah.

Bahkan sepulang dari naik haji pun acara makan-makan di rumah Pak Haji Sodrun juga dilakukan selama tujuh hari. Siapapun boleh datang ke rumah Pak Haji Sodrun dan Makan sepuasnya karena hidangan selalu datang jika yang disajikan sudah habis. Tetapi tidak semua masyarakat berani datang ke rumah Pak Haji Sodrun. Hanya mereka yang akrab dan merasa punya hubungan baik sajalah yang datang ke rumah Haji Sodrun. Sedang masyarakat yang miskin, yang merasa tidak memilki Pakaian yang layak untuk bertamu ke rumah Pak Haji Sodrun dan juga merasa tidak pantas duduk di ruang tamu Pak haji yang lampunya saja dari luar negeri, tidak ada yang berani datang.

Dulu pernah ada salah seorang buruhnya yang datang berkunjung ke rumah Pak Haji Sodrun sepulang dari naik haji. Tetapi pada saat yang sama Pak Camat juga datang berkunjung. Ketika Pak camat sedang berbincang dengan Pak Haji Sodrun, tiba-tiba Rozaq, salah satu buruhnya datang ke rumah dengan mengucapkan salam. Pada saat itu Rozaq mengenakan pakaian terbaik milikinya, tetapi saja harganya tidak lebih dari harga peci Pak Haji Sodrun. Ketika melihat siapa yang datang, Pak Haji Sodrun pun langsung bermuka masam, bahkan bersalaman dengannya saja tidak sudi.

Betapa malunya Rozaq kepada orang-orang saat itu karena Pak Haji Sodrun jangankan mengajak bicara, bersalaman saja enggan. Sebenarnya Pak Haji Sodrun merasa malu kepada Pak Camat karena kedatangan tamu buruhnya yang datang dengan baju yang terlalu sederhana dan murah. Esok harinya, Rozaq langsung di pecat dari pekerjaanya sebagai buruh di kebun Pak Haji Sodrun. Sejak saat itu, para warga yang merasa tidak setingkat dengan Pak Haji Sodrun, apalagi yang hanya bekerja sebagai buruhnya, tidak ada yang berani datang berkunjung ke rumah Pak Haji Sodrun, baik sebelum maupun sepulang dari tanah suci.

Konon, untuk setiap kali naik haji, biaya yang dikeluarkan oleh Pak Haji Sodrun untuk menyelenggarakan acara pengajian dan menjamu para tamu di rumahnya setara dengan ongkos naik haji itu sendiri. Kekayaan Pak Haji Sodrun memang luar biasa. Setiap tahun luas sawahnya semakin bertambah, bahkan juga mempunyai sawah di luar kampung juga. Pada tahun ini saja jumlah truknya bertambah satu, menjadi delapan. Apabila Pak Haji Sodrun menjadi kepala desa, maka akan menjadi orang yang memiliki sawah paling luas di Desa Karangrejo.


Sebenarnya Pak Haji Sodrun juga mempunyai banyak kebiasaan yang disembuyikan dari khalayak ramai, seperti bermain kartu, meski tidak selalu menggunakan uang sebagai taruhan. Pak Haji Sodrun enggan untuk bermain kartu dengan sembarang orang dan di sembarang tempat, karena bagimanapun dia adalah seorang haji, dan juga berambisi untuk menjadi orang nomor satu di desanya, sehingga menjaga namanya di depan umum agar tidak jatuh adalah sangat penting.

Biasanya Pak Haji Sodrun bermain di rumah teman-teman bisnis yang sudah sedemikian akrab dengannya. Acara bermain pun sering diselingi dengan minum-minum, meski hanya bir atau anggur, tetapi hanya sekali-dua kali mencoba Whisky, itupun hanya beberapa satu atau dua gelas kecil, jadi tidak sampai mabuk berat.

Suatu hari, pernah ketika pulang dengan naik motor dari rumah salah seorang teman bisnisnya pada waktu sholat jumat dan begitu sampai di depan masjid dan turun dari motornya, tiba-tiba Pak Haji Sodrun masjid tersandung batu dan jatuhlah peci hitamnya. Semua jamaah yang melihat kejadian itu cuma tertegun dan tidak tahu harus bilang apa ketika menyaksikan kartu jatuh berhamburan dari pecinya yang terjatuh. Sejak saat itu masyarakat umum tahu bahwa Pak Haji Sodrun ternyata juga gemar bermain kartu.

Pak Haji Sodrun juga terkenal pelit, termasuk kepada para buruhnya yang bekerja kepadanya. Sering dia tidak mau menolong mereka ketika kesusahan, bahkan kalaupun mau, itu sebenarnya memanfaatkan mereka. Pernah seorang buruhnya datang minta, hendak meminjam uang karena uang SPP anaknya belum dibayarnya, tetapi sungguh jawabannya menyayat hati.

“Apa, pinjam uang tiga ratus ribu. Buat apa kamu pinjam uang sebanyak itu” Jawab Pak Haji Sodrun kasar ketika suatu hari Tarmi, salah satu buruhnya.

“Buat daftar ulang masuk SMP anak saya, Pak Haji, karena tahun ini si Rudi, anak pertama saya mau masuk SMP, sedang saya tidak mempunyai uang buat membayar daftar ulang” Jawab Tarmi ketika penuh harap dapat meminjam uang buat keperluan anaknya yang hendak masuk SMP.

“Itu kan sama dengan bayaranmu kerja di sini selama sebulan. Lalu kanu mau bayar mau Pake apa. Potong gaji. Kalau potong gaji, bulan depan kamu mau Makan apa. Kalau kamu kelaparan kan malah menyusahkan orang nanti, terus orang-orang bakal bilang apa nanti tentang aku. Jangan-jangan mereka bilang Pak Haji Sodrun zhalim, gaji buruhnya saja tidak dibayar-bayar sampai kelaparan. Kalau kamu sakit, terus tidak punya uang, nanti hutang lagi ke sini, hah. Kapan lunasnya kalau begitu. Tidak usahlah kamu repot-repot menyekolahkan anak. Aku yang Cuma lulus SD saja bisa kaya. Suruh saja anakmu bekerja di sini, nanti dia tak gaji setengah dari gajimu. Dia kan masih kecil. Lumayan, bisa menambah penghasilan keluargamu. Kalo kamu menyekolahkan anakmu, bisa-bisa kamu tidak bisa makan karena gajimu habis untuk bayaran sekolah anakmu” Jawab Pak Haji Sodrun.


Ketika datang Amin, salah seorang buruhnya untuk meminjam beberapa liter beras karena beras di rumahnya sudah habis untuk selamatan menyambut kelahiran anak pertamanya, justru hal tersebut dimanfaatkan oleh Pak Haji Sodrun.

“Berapa liter beras kamu mau meminjam beras.”Tanya Pak Haji Sodrun.

“Sepuluh liter saja Pak, soalnya kemarin beras saya sudah habis buat selamatan anak saya” Jawab Amin.

“Tidak 30 liter saja sekalian. Kan tanggung, biar nanti kamu tidak perlu ke sini untuk buat meminjam lagi kalau habis. Nanti kamu kamu membayarnya potong gaji” bujuk Pak Haji Sodrun sambil membayangkan sesuatu penuh arti.

“Oh, terima kasih banyak Pak. Baik paik, kalo begitu 30 liter saya pinjam, biar nanti tidak perlu ke sini lagi kalo kehabisan” Jawab Amin dengan senang. Dia pun berterima kasih banyak kepada Pak Haji Sodrun karena tidak mengetahui apa yang bakan menimpanya.

Ketika akhir bulan hendak mengambil gaji, Amin kaget luar biasa, karena gajinya dipotong banyak sekali, padahal hutangnya cuma 30 liter, tetapi gajinya di potong 150 ribu. Ketika mengadu kepada Pak Haji Sodrun, justru Amin dibodohi dengan Jawaban Pak Haji Sodrun.

“Pak Haji, kenapa gaji saya dipotong 150 ribu, padahal kan hutang saya cuma 30 liter beras” keluh Amin pada juragannya itu.

“Bukan 30 liter kamu hutang, tetapi 30 kilo. Harga sekilo beras sekarang lima ribu, jadi totalnya 150 ribu kan” Jawab Pak haji. Memang Pak Haji cerdik dan licik kalau sudah berbicara tentang uang, meski hanya beberapa ribu rupiah saja Para buruhnya hampir setiap bulan mendapat potongan gaji, entah cuma beberapa ribu rupiah per orangnya, dengan alasan yang mengada-ada, seperti sebagai biaya kesehatan bila ada buruh lain yang sakit.

“Tapi satu liter kan tidak sama dengan dengan satu kilo Pak Haji” Jawab Amin.

“Coba timbang saja, pasti sama. Karena seliter itu sama dengan berat sekilo.” Kilah Pak Haji.

Amin pun sadar bahwa dia sudah dijebak oleh Pak Haji Sodrun tubuhnya lemas, karena gajinya harus dipotong setengah. Artinya, sisa gajinya tidak akan cukup untuk makan sebulan, padahal bayinya juga membutuhkan susu. Kalau dia meminjam lagi ke Haji Sodrun, dia tidak pernah mampu membayarnya kembali, padahal kalau dia juga tidak mungkin meminjam uang ke tetangganya yang juga kebanyakan sama-sama buruhnya Pak Haji Sodrun.

Memang Pak Haji Sodrun orang pelitnya minta ampun sama orang miskin, padahal kalau dengan keluarganya yang memang sudah kaya, dia sering memberi mereka barang-barang berharga. Sebulan yang lalu, ketika keponakannya, agus, yang bekerja di bank menikah, dia membelikannya motor baru, padahal baik keponakannya maupun istrinya itu sudah memiliki sepeda motor. Dunia memang aneh, yange sudah kaya menjadi seMakin kaya, sedang yang miskin, Makan saja susah.

Anehnya lagi, beberapa bayi di Desa Karangrejo mengalami busung lapar dan anak-anaknya banyak yang sekolah sampai bangku SD. Bahkan sudah seorang bayi yang meninggal karena kurang gizi. Bahkan belum lama ini Mbok Sarinah yang letak rumahnya tidak jauh dari rumah Pak Haji Sodrun meninggal dunia setelah sakit panas selama beberapa hari di rumahnya karena keluarganya tidak punya cukup uang untuk membawanya berobat ke rumah sakit. Pihak Puskesmas sudah memberi surat rujukan untuk berobat ke rumah sakit di kota kabupaten karena tidak mampu menangani. Tetapi Mbok Sarinah dibawa pulang dan tidak pernah dibawa ke rumah sakit sampai akhirnya meninggal dunia.


Bulan depaan akan dilakukan pemilihan Kepala Desa Karangrejo yang baru karena Pak Imron, kepala desa yang lama akan segera pensiun. Pak Haji Sodrun akan mencalonkan diri. Bahkan sudah mulai menyusun rencana kampanye dengan melibatkan para pemuda. Pak Haji Sodrun rencana akan menggelar bermacam acara untuk menarik minat warga agar memilihnya, seperti akan mengadakan acara pengajian, sunatan masal, bahkan juga menggelar dangdut dan wayang kulit dengan mengundang penyanyi dangdut dan dalang terkenal dari Kota Solo.

Setiap malam di rumah Pak Haji Sodrun juga diselenggarakan acara makan-makan. Selain menyenangkan para warga dengan beragam acara pertunjukan, Pak Haji Sodrun lewat juru kampanyenya juga menebarkan ancaman.

“Kalau saya tidak terpilih menjadi Kepala Desa Karangrejo ini, pokoknya bakar saja rumah kepala desa yang baru” kata Pak Haji Sodrun kepada anak buahnya.

Bahkan bagi orang yang bekerja sebagai buruh pak haji tidak memilihnya dalam pemilu nanti, akan dipecat dari pekerjaannya sebagai buruh. Sebenarnya tak seorang pun warga yang ingin memilih Pak Haji Sodrun seperti beberapa tahun lalu ketika masih dipanggil dengan namanya saja, Sodrun, tetapi sekarang tak seorang pun yang berani untuk tidak memilihnya.


Tahun ini, Pak Haji Sodrun akan menunaikan ibadah haji lagi. Sebenarnya ini bukan berita baru di dukuh karangrejo, karena Pak Haji Sodrun sebenarnya sudah menunaikan empat kali naik haji secara berturu-turut, sehingga sekarang adalah ibadah haji yang ke lima kalinya. Pak Haji Sodrun adalah salah satu orang terkaya di Desa Karangrejo, sebuah desa yang sebenarnya subur, tetapi sebagian besar warganya hidup dengan menjadi buruh yang miskin, karena mereka harus menanam apa yang tidak mereka miliki, dan memanen apa yang tidak bakal mereka nikmati.

Tanah yang luas puluhan hektar di Desa Karangrejo hanya dimiliki oleh segelintir orang saja, dan salah satunya adalah Pak Haji Sodrun. Semua orang takut dengan Pak Haji Sodrun. Luas tanah Pak Haji Sodrun sama luasnya dengan tanah bengkok desa. Seandainya Pak Haji Sodrun menjadi kepala desa, Maka Pak Haji Sodrun akan mendapat tanah bengkok desa yang luasnya berhektar-hektar dan otomatis menjadi tuan tanah dengan lahan terluas di desa itu.


Sebenarnya Pak Haji Sodrun bukanlah orang yang taat beribadah. Sholat jamaah di masjid pun jarang kelihatan, paling datang ke masjid kalau Sholat Jumat dan Id saja datang ke masjid. Kalau ada hajatan atau syukuran di rumah warga, Haji Sodrun selalu menolak untuk membaca doa, apalagi untuk mengisi Khutbah Jumat atau Sholat Id, jelas Pak Haji Sodrun akan menolaknya mentah-mentah.

Pernah suatu ketika, pada suatu jamuan syukuran kelahiran anak salah satu warga Desa Karangrejo, Pak Mujib yang biasanya membaca doa dengan fasih tiba-tiba pulang karena dijemput istrinya karena ada tamu yang datang dan sedang menunggu di rumah. Pembawa acara pun tiba-tiba meminta Pak Haji Sodrun untuk membaca doa penutup.

“Pak Haji Sodrun, mohon maaf Pak, karena Pak Mujib tiba-tiba pulang ada tamu, saya minta kepada Pak Haji Sodrun untuk membacakan doa penutup” pinta pembaca acara kepada Pak Haji Sodrun.

Karena diminta di depan umum, Pak Haji Sodrun pun gengsi dan sungkan untuk menolak, karena Pak Lurah dan Pak Carik juga hadir. Sebenarnya Pak Haji Sodrun bingung mau membaca doa apa, tiba-tiba dia teringat samar-samar suatu doa yang pernah dingatnya sewaktu kecil selalu didengarnya ketika Makan bersama teman-temannya dahulu. Maka dia pun mulai membaca doa tersebut.

“Allahuuma bariklana fiima…, allahuuma fiima…”Pak Haji Sodrun pun tidak tahu terusan doa itu dan kemudian bergumam membaca sesuatu yang tidak jelas, tetapi yang jelas bukan terusan dari doa itu. Serentak para hadirin pun saling memandang satu sama lain dengan tersenyum-senyum, bahkan ada yang tertawa cekikikan, bahkan Sarwan, salah seorang hadirin tertawa dengan keras, karena mendengar doa makan yang harusnya doa penutup acara yang dibaca dengan tidak lancar, bahkan jelas bahwa ternyata Pak Haji Sodrun tidak hapal doa tersebut. Dengan wajah memerah, Pak Haji Sodrun ijin ke belakang. Pak Haji Sodrun kemudian langsung pulang lewat jalan belakang rumah tanpa sepatah kata pun ketika disapa oleh pemilik rumah.

Esok harinya, Sarwan, orang yang tertawa dengan keras tiba-tiba dipecat tanpa alasan yang jelas oleh Pak Jawal, majikannya, yang masih saudara Pak Haji Sodrun. Sejak hari itu, semua orang semakin takut membicarakan kejadian yang menimpa Pak Haji Sodrun tersebut di depan umum, terlebih bagi warga yang bekerja padanya.


Pada tahun ini, untuk merayakan keberangkatan ke tanah suci yang ke lima, Pak Haji Sodrun akan menyembelih seekor sapi dan dua ekor kambing untuk hidangan pada pengajian besar-besaran yang diadakannya dan mengundang semua warga desa; acara pengajian tersebut digelar tiga hari sebelum keberangkatannya ke Embarkasi Haji Donohudan Boyolali. Bahkan, hampir setiap malam rumah Pak Haji Sodrun ramai dikunjungi oleh tokoh masyarakat dan rekan-rekan bisnisnya sekedar untuk berbincang. Setiap hari pelayan di rumah Pak Haji Sodrun menyembelih paling tidak dua ekor ayam kampung untuk hidangan tamu-tamu istimewa majikannya.

Setiap tahun menunaikan haji, Pak Haji Sodrun selalu mengadakan pengajian besar-besaran. Bahkan pada tahun lalu Pak Haji Sodrun mengundang seorang da’i terkenal dari Kota Solo untuk mengisi acara pengajian. Belum cukup dengan pengajian, Pak Haji Sodrun juga mengundang sebuah grup rebana yang terkenal untuk tampil menghibur masyarakat dan membuat panggung yang meriah.

Bahkan sepulang dari naik haji pun acara makan-makan di rumah Pak Haji Sodrun juga dilakukan selama tujuh hari. Siapapun boleh datang ke rumah Pak Haji Sodrun dan Makan sepuasnya karena hidangan selalu datang jika yang disajikan sudah habis. Tetapi tidak semua masyarakat berani datang ke rumah Pak Haji Sodrun. Hanya mereka yang akrab dan merasa punya hubungan baik sajalah yang datang ke rumah Haji Sodrun. Sedang masyarakat yang miskin, yang merasa tidak memilki Pakaian yang layak untuk bertamu ke rumah Pak Haji Sodrun dan juga merasa tidak pantas duduk di ruang tamu Pak haji yang lampunya saja dari luar negeri, tidak ada yang berani datang.

Dulu pernah ada salah seorang buruhnya yang datang berkunjung ke rumah Pak Haji Sodrun sepulang dari naik haji. Tetapi pada saat yang sama Pak Camat juga datang berkunjung. Ketika Pak camat sedang berbincang dengan Pak Haji Sodrun, tiba-tiba Rozaq, salah satu buruhnya datang ke rumah dengan mengucapkan salam. Pada saat itu Rozaq mengenakan pakaian terbaik milikinya, tetapi saja harganya tidak lebih dari harga peci Pak Haji Sodrun. Ketika melihat siapa yang datang, Pak Haji Sodrun pun langsung bermuka masam, bahkan bersalaman dengannya saja tidak sudi.

Betapa malunya Rozaq kepada orang-orang saat itu karena Pak Haji Sodrun jangankan mengajak bicara, bersalaman saja enggan. Sebenarnya Pak Haji Sodrun merasa malu kepada Pak Camat karena kedatangan tamu buruhnya yang datang dengan baju yang terlalu sederhana dan murah. Esok harinya, Rozaq langsung di pecat dari pekerjaanya sebagai buruh di kebun Pak Haji Sodrun. Sejak saat itu, para warga yang merasa tidak setingkat dengan Pak Haji Sodrun, apalagi yang hanya bekerja sebagai buruhnya, tidak ada yang berani datang berkunjung ke rumah Pak Haji Sodrun, baik sebelum maupun sepulang dari tanah suci.

Konon, untuk setiap kali naik haji, biaya yang dikeluarkan oleh Pak Haji Sodrun untuk menyelenggarakan acara pengajian dan menjamu para tamu di rumahnya setara dengan ongkos naik haji itu sendiri. Kekayaan Pak Haji Sodrun memang luar biasa. Setiap tahun luas sawahnya semakin bertambah, bahkan juga mempunyai sawah di luar kampung juga. Pada tahun ini saja jumlah truknya bertambah satu, menjadi delapan. Apabila Pak Haji Sodrun menjadi kepala desa, maka akan menjadi orang yang memiliki sawah paling luas di Desa Karangrejo.


Sebenarnya Pak Haji Sodrun juga mempunyai banyak kebiasaan yang disembuyikan dari khalayak ramai, seperti bermain kartu, meski tidak selalu menggunakan uang sebagai taruhan. Pak Haji Sodrun enggan untuk bermain kartu dengan sembarang orang dan di sembarang tempat, karena bagimanapun dia adalah seorang haji, dan juga berambisi untuk menjadi orang nomor satu di desanya, sehingga menjaga namanya di depan umum agar tidak jatuh adalah sangat penting.

Biasanya Pak Haji Sodrun bermain di rumah teman-teman bisnis yang sudah sedemikian akrab dengannya. Acara bermain pun sering diselingi dengan minum-minum, meski hanya bir atau anggur, tetapi hanya sekali-dua kali mencoba Whisky, itupun hanya beberapa satu atau dua gelas kecil, jadi tidak sampai mabuk berat.

Suatu hari, pernah ketika pulang dengan naik motor dari rumah salah seorang teman bisnisnya pada waktu sholat jumat dan begitu sampai di depan masjid dan turun dari motornya, tiba-tiba Pak Haji Sodrun masjid tersandung batu dan jatuhlah peci hitamnya. Semua jamaah yang melihat kejadian itu cuma tertegun dan tidak tahu harus bilang apa ketika menyaksikan kartu jatuh berhamburan dari pecinya yang terjatuh. Sejak saat itu masyarakat umum tahu bahwa Pak Haji Sodrun ternyata juga gemar bermain kartu.

Pak Haji Sodrun juga terkenal pelit, termasuk kepada para buruhnya yang bekerja kepadanya. Sering dia tidak mau menolong mereka ketika kesusahan, bahkan kalaupun mau, itu sebenarnya memanfaatkan mereka. Pernah seorang buruhnya datang minta, hendak meminjam uang karena uang SPP anaknya belum dibayarnya, tetapi sungguh jawabannya menyayat hati.

“Apa, pinjam uang tiga ratus ribu. Buat apa kamu pinjam uang sebanyak itu” Jawab Pak Haji Sodrun kasar ketika suatu hari Tarmi, salah satu buruhnya.

“Buat daftar ulang masuk SMP anak saya, Pak Haji, karena tahun ini si Rudi, anak pertama saya mau masuk SMP, sedang saya tidak mempunyai uang buat membayar daftar ulang” Jawab Tarmi ketika penuh harap dapat meminjam uang buat keperluan anaknya yang hendak masuk SMP.

“Itu kan sama dengan bayaranmu kerja di sini selama sebulan. Lalu kanu mau bayar mau Pake apa. Potong gaji. Kalau potong gaji, bulan depan kamu mau Makan apa. Kalau kamu kelaparan kan malah menyusahkan orang nanti, terus orang-orang bakal bilang apa nanti tentang aku. Jangan-jangan mereka bilang Pak Haji Sodrun zhalim, gaji buruhnya saja tidak dibayar-bayar sampai kelaparan. Kalau kamu sakit, terus tidak punya uang, nanti hutang lagi ke sini, hah. Kapan lunasnya kalau begitu. Tidak usahlah kamu repot-repot menyekolahkan anak. Aku yang Cuma lulus SD saja bisa kaya. Suruh saja anakmu bekerja di sini, nanti dia tak gaji setengah dari gajimu. Dia kan masih kecil. Lumayan, bisa menambah penghasilan keluargamu. Kalo kamu menyekolahkan anakmu, bisa-bisa kamu tidak bisa makan karena gajimu habis untuk bayaran sekolah anakmu” Jawab Pak Haji Sodrun.


Ketika datang Amin, salah seorang buruhnya untuk meminjam beberapa liter beras karena beras di rumahnya sudah habis untuk selamatan menyambut kelahiran anak pertamanya, justru hal tersebut dimanfaatkan oleh Pak Haji Sodrun.

“Berapa liter beras kamu mau meminjam beras.”Tanya Pak Haji Sodrun.

“Sepuluh liter saja Pak, soalnya kemarin beras saya sudah habis buat selamatan anak saya” Jawab Amin.

“Tidak 30 liter saja sekalian. Kan tanggung, biar nanti kamu tidak perlu ke sini untuk buat meminjam lagi kalau habis. Nanti kamu kamu membayarnya potong gaji” bujuk Pak Haji Sodrun sambil membayangkan sesuatu penuh arti.

“Oh, terima kasih banyak Pak. Baik paik, kalo begitu 30 liter saya pinjam, biar nanti tidak perlu ke sini lagi kalo kehabisan” Jawab Amin dengan senang. Dia pun berterima kasih banyak kepada Pak Haji Sodrun karena tidak mengetahui apa yang bakan menimpanya.

Ketika akhir bulan hendak mengambil gaji, Amin kaget luar biasa, karena gajinya dipotong banyak sekali, padahal hutangnya cuma 30 liter, tetapi gajinya di potong 150 ribu. Ketika mengadu kepada Pak Haji Sodrun, justru Amin dibodohi dengan Jawaban Pak Haji Sodrun.

“Pak Haji, kenapa gaji saya dipotong 150 ribu, padahal kan hutang saya cuma 30 liter beras” keluh Amin pada juragannya itu.

“Bukan 30 liter kamu hutang, tetapi 30 kilo. Harga sekilo beras sekarang lima ribu, jadi totalnya 150 ribu kan” Jawab Pak haji. Memang Pak Haji cerdik dan licik kalau sudah berbicara tentang uang, meski hanya beberapa ribu rupiah saja Para buruhnya hampir setiap bulan mendapat potongan gaji, entah cuma beberapa ribu rupiah per orangnya, dengan alasan yang mengada-ada, seperti sebagai biaya kesehatan bila ada buruh lain yang sakit.

“Tapi satu liter kan tidak sama dengan dengan satu kilo Pak Haji” Jawab Amin.

“Coba timbang saja, pasti sama. Karena seliter itu sama dengan berat sekilo.” Kilah Pak Haji.

Amin pun sadar bahwa dia sudah dijebak oleh Pak Haji Sodrun tubuhnya lemas, karena gajinya harus dipotong setengah. Artinya, sisa gajinya tidak akan cukup untuk makan sebulan, padahal bayinya juga membutuhkan susu. Kalau dia meminjam lagi ke Haji Sodrun, dia tidak pernah mampu membayarnya kembali, padahal kalau dia juga tidak mungkin meminjam uang ke tetangganya yang juga kebanyakan sama-sama buruhnya Pak Haji Sodrun.

Memang Pak Haji Sodrun orang pelitnya minta ampun sama orang miskin, padahal kalau dengan keluarganya yang memang sudah kaya, dia sering memberi mereka barang-barang berharga. Sebulan yang lalu, ketika keponakannya, agus, yang bekerja di bank menikah, dia membelikannya motor baru, padahal baik keponakannya maupun istrinya itu sudah memiliki sepeda motor. Dunia memang aneh, yange sudah kaya menjadi seMakin kaya, sedang yang miskin, Makan saja susah.

Anehnya lagi, beberapa bayi di Desa Karangrejo mengalami busung lapar dan anak-anaknya banyak yang sekolah sampai bangku SD. Bahkan sudah seorang bayi yang meninggal karena kurang gizi. Bahkan belum lama ini Mbok Sarinah yang letak rumahnya tidak jauh dari rumah Pak Haji Sodrun meninggal dunia setelah sakit panas selama beberapa hari di rumahnya karena keluarganya tidak punya cukup uang untuk membawanya berobat ke rumah sakit. Pihak Puskesmas sudah memberi surat rujukan untuk berobat ke rumah sakit di kota kabupaten karena tidak mampu menangani. Tetapi Mbok Sarinah dibawa pulang dan tidak pernah dibawa ke rumah sakit sampai akhirnya meninggal dunia.


Bulan depaan akan dilakukan pemilihan Kepala Desa Karangrejo yang baru karena Pak Imron, kepala desa yang lama akan segera pensiun. Pak Haji Sodrun akan mencalonkan diri. Bahkan sudah mulai menyusun rencana kampanye dengan melibatkan para pemuda. Pak Haji Sodrun rencana akan menggelar bermacam acara untuk menarik minat warga agar memilihnya, seperti akan mengadakan acara pengajian, sunatan masal, bahkan juga menggelar dangdut dan wayang kulit dengan mengundang penyanyi dangdut dan dalang terkenal dari Kota Solo.

Setiap malam di rumah Pak Haji Sodrun juga diselenggarakan acara makan-makan. Selain menyenangkan para warga dengan beragam acara pertunjukan, Pak Haji Sodrun lewat juru kampanyenya juga menebarkan ancaman.

“Kalau saya tidak terpilih menjadi Kepala Desa Karangrejo ini, pokoknya bakar saja rumah kepala desa yang baru” kata Pak Haji Sodrun kepada anak buahnya.

Bahkan bagi orang yang bekerja sebagai buruh pak haji tidak memilihnya dalam pemilu nanti, akan dipecat dari pekerjaannya sebagai buruh. Sebenarnya tak seorang pun warga yang ingin memilih Pak Haji Sodrun seperti beberapa tahun lalu ketika masih dipanggil dengan namanya saja, Sodrun, tetapi sekarang tak seorang pun yang berani untuk tidak memilihnya.


0 komentar:

About This Blog

Lorem Ipsum

  © Free Blogger Templates Joy by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP